"THE GREEN FORCE"
Kamis, 25 Februari 2016
History Of Persebaya and Bonek
Kamis, 21 Maret 2013
Mengenal Tokoh-tokoh Bonek
Hamin
Gimbal

Kecintaan Hamin terhadap PERSEBAYA
sudah berawal dari kecil. Meskipun, dia
bertempat tinggal di Madura, namun Hamin kecil tak pernah absent menonton PERSEBAYA
bertanding. “ Walaupun saya berasal dari
seberang pulau, tapi saya selalu menyempatkan datang ke stadion untuk menonton PERSEBAYA.
Kadang saya tidak pamit orang tua. Namun lambat laun orang tua mendukung penuh,”
ujar Hamin. Baginya, BONEK
memiliki arti totalitas dan loyaitas dalam mendukung tim kesayangannya PERSEBAYA
Surabaya. “ Loyalitas dan totalitas
tanpa mengenal waktu.
Okto Tyson
Tatapan
matanya agak ajam, wajahnya terlihat garang, tubuhnya gempal mirip dengan
perawakan Mike Tyson. Begitulah sekilas
penampilan Okto. Namanya tidaklah asing
di kalangan pendukung fanatic PERSEBAYA. Maklum dia adalah dirigen BONEK. Pria yang bernama lengkap Okto Kepernahum
Henukh ini lahir di Surabaya 25 Oktober 1979.

Cak dul
Panglima BONEK 1988
Sejarah
berbondong-bondongnya suporter PERSEBAYA pada laga final Kompetisi perserikatan
1988 di Stadion Senayan Jakarta tidak bisa dilepaskan dari sosok H. Abdullah. Pria yang akrab disapa Cak Dul ini dikenal
sebagai panglima perang BONEK mania pada akhir 1980 an. “ Dulu belum ada istilah dirigen atau korlap. Teman-teman suporter banyak yang menyebut
panglima perangnya BONEK. Tapi ini bukan ditujukan untuk berseteru dengan supporter musuh,
istilah panglima ini hanya untuk mengkoordinir supporter sebagai pengganti
ketua,” Kata Cak Dul.
Ia
banyak menceritakan kebesaran dan aksi nekat supporter PERSEBAYA di kompetisi terdahulu. Menurut Cak Dul, BONEK adalah bentuk spontanitas
arek-arek Suroboyo yang mengalir darah sporadic dan radikal, semangat juang
menaklukan stadion manapun untuk menunjukan kepada khalayak masyarakat tentang
jati diri dan identitas supporter seutuhnya. Baginya, tidak ada kelompok supporter lain
dinegeri ini yang melakukan tindakan radikal dan nekat selain BONEK.
Hal
yang paling berkesan bagi Cak dul adalah ketika ia dengan berani dan nekat naik
ke atap stadion senayan untuk memasnag spanduk raksas sepanjang 60 meter yang
bertuliskan “ KAMI
HAUS GOL KAMU PERSEBAYA “. Seisi stadion bergemuruh dengan tepukan tangan
ketika Cak Dul mulai menaiki atap sampai ia berhasil memasang spanduk itu. Ini tidak ada pemain yang cidera, tidak ada
aksi fenomennal dari pemain dan tidak ada momen menarik di lapangan melainkan
teriakan dan applause dari seluruh penonton itu di tujukan kepada aksi nekat
seorang suporeter PERSEBAYA yang mampu memanjat atap Stadion
Senayan setinggi 15 meter. Suporter PERSEBAYA
itu adalah Cak Dul yang dulunya berambut gondrong dan konon dijadikan icon
gambar BONEK
di Koran Jawapos.
Supangat
Koordinator Tretetet 7000 BONEK
Disadari
atau tidak, Supangat yang dikenal sebagai announcer pertandingan PERSEBAYA,
sedikit banyak mengetahui perjalanan panjang tim yang berjuluk bajol ijo ini. MeskI kini usia beliau hampir 60 tahun, namun
semangat bapak 3 anak dan 1 cucu ini masih berkobar seperti 39 tahun yang lalu.
Kala itu
Supanagat baru saja bekerja di radio Gelora Surabaya. Tugasnya saat itu bukan langsung menjadi
penyiar pertandingan, melainkan sebatas memutar lagu-lagu. Baru tiga tahun sesudahnya dia dipercaya untuk
berbicara di depan mikrofon untuk menyiarakan jalannya petandingan PERSEBAYA. 84 tahun perjalanan PERSEBAYA, hampir separuh lebih Supangat
mengetahui sejarah PERSEBAYA.
Mulai
dari pasang surut prestasi hingga supporter PERSEBAYA atau BONEK.
Pria berkacamata ini sedikit banyak
menceritakan aal muasal nama BONEK. Pada tahun 1986-1987 PERSEBAYA masuk final di senayan. Lawan yang dihadapi adalah PSIS Semarang. Demi mendukung tim kesayangan suporter ber tret
tret ke Jakarta , Supangat mempunyai ide memberangkatkan supporter dengan jalan
darat. “ setelah berkoordinasi dengan
semua pihak , kami akhirnya menggunkan bus” terang supangat. Antusiasme supporter yang ingin mendukung
timnya begitu luar biasa. Hasilnya,
sekitar 7000 suporter terdaftar. Masalah
timbul ketika Supangat dan rekan-rekannya, hanya bisa menyediakan sekitar 100
bis. Ini berarti masih kurang 36 bis
lagi untuk mengangkut supporter. Memberangkatkan 7000 orang ternyata buka soal
yang mudah.
Supangat menceritakan betapa ia
kekurangan orang untuk mengkoordinir banyaknya supporter. “ sampai- sampai, tukang potong rumput saya
jadikan pemimpin rombongan “, kata pria yang pernah menjadi ring announcer perebutan gelar juara kelas
bantam WBC International antara petinju indoonesia Wongso Indrajit dengan Edel
Geronimo dari Fiiphina 1988 ini.
Wastomi Suheri The legend of Suporter

Sehari-hari yang dilakukan adalah
menjual Koran dan mengamen . Wastomi pun
mendapatkan pelajaran sekolah dasar harus dengan mengintip proses belajar di SD
Tambak Sari Ngundu,. Meski tidak
mengenyam pendidikan resmi, Wastomi sangat menekankan pendidikan kepada
anak-anak nya.
Sejak
kecil Wastomi sangat senang dengan olahraga khusunya sepak bola. Sehari-hari hidup dikawasan Tambak Sari
membuat kecintannya terhadap sepak bola semakin mendalam. Rasa cinta dan fanatisnya dilimpahkan untuk PERSEBAYA.
Setiap PERSEBAYA bertanding di Stadion
Tambak Sari ia tidak pernah melewatkan untuk hadir. Fanatismeya terhadap PERSEBAYA ini bertahan sampai
sekarang, sampai memilik 5 orang anak.
Sebagai BONEK, pengalaman Wastomi
sangatlah banyak. Dari berbagai pengalaman
ini, hal yang paling berkesan adalah ketika ia berhasil menggergaji 12 pintu
yang ada di Tambak Sari hanya untuk memasukan teman-temannya yang tidak punya
uang untuk membeli tiket pertandingan. Ia akhirnya di tangkap 2 jam setelah
pertandinagn dan di tahan polisi selama 2 hari.
Label:
Bonek
http://bonekcampusits.blogspot.co.id/2013/03/mengenal-tokoh-tokoh-bonek.html
Senin, 22 Februari 2016
Ibnu Puji Kerja Keras Pemain Surabaya United
22-11-2015 00:16
Bola.net - Arsitek Surabaya United, Ibnu Grahan angkat topi atas kerja keras para pemainnya. Buah perjuangan Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan adalah tiga poin atas Persib Bandung. Sabtu (21/11) malam di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Surabaya United menang tipis 1-0.
"Saya angkat topi atas kerja keras para pemain. Kami bermain lembek lawan TNI. Sekarang kami bermain dengan kerja keras," ucap Ibnu usai pertandingan. Dalam pertandingan ini, gol semata wayang Surabaya United dicetak pemain pengganti, Rudi Widodo di menit ke-63.
Surabaya United sebenarnya memiliki kesempatan untuk menggandakan kedudukan. Seperti saat Evan Dimas Darmono melepaskan tendangan ke arah gawang Persib yang ditinggal kiper Made Wirawan. Tapi masih ada David Pagbe yang menghalau bola.
Peluang emas juga diciptakan Ilham Udin Armaiyn. Mendapat umpan cantik dari Slamet Nur Cahyono, Ilham Udin berlari kencang ke arah gawang Persib. Sayang ketika berhadapan dengan kiper, sepakannya justru melambung. "Persib dihuni pemain berkualitas. Kita hanya menang karena Persib kasihan dengan kita," tutup Ibnu.(faw/ada)
http://www.bola.net/indonesia/ibnu-puji-kerja-keras-pemain-surabaya-united-f4b6cb.html
Surabaya United Kental Aroma Persebaya 1927
05-02-2016 18:19
Bola.net - Mantan penjaga gawang Persebaya 1927, Dedi Iman memiliki kans untuk bergabung dengan Surabaya United. Jika lolos seleksi dan akhirnya direkrut, kiper asal Medan ini akan reuni dengan rekan sesama pemain, pelatih, hingga bosnya di Persebaya 1927 dulu.
Kiper asal Medan ini hadir untuk mengisi pos kiper Surabaya United yang tinggal menyisakan satu nama saja, yakni Thomas Rian Bayu. "Dedi sudah ikut berlatih pada pagi tadi. Statusnya masih pemain seleksi," tutur head coach Surabaya United, Ibnu Grahan kepada Bola.net, Jumat (5/2) sore.
Manajer operasional Surabay United, Rahmad Sumanjaya juga mengamini ucapan Ibnu. "Dedi Iman sudah datang sejak pagi tadi. Dia belum teken, masih pemain seleksi. Kalau masih fit ya akan diambil," ungkap Rahmad.
Kehadiran Dedi pun membuat Surabaya United semakin kental dengan aroma Persebaya 1927. Sebelumnya, tim yang bermarkas di Jemursari ini sudah terlebih dahulu mengikat eks Persebaya 1927, seperti Otavio Dutra, Dany Saputra, Nurmufid Fastabiqul Khoirot dan Feri Ariawan
Nuansa Persebaya 1927 juga tercium di sektor tim pelatih. Hal ini karena Ibnu Grahan dan Mahrus Afif adalah mantan arsitek dan pelatih kiper klub yang bermarkas di Karanggayam itu. Selain itu, Surabaya United juga dimiliki Gede Widiade, eks CEO Persebaya 1927. (faw/asa)
Baca Ini Juga
http://www.bola.net/indonesia/surabaya-united-kental-aroma-persebaya-1927-cf1262.html
Tahukah Anda Bagaimana Sejarah Perselisihan Bonek vs Arema ?
Ini sekilas sejarah Persebaya dan Arema.
arema lahir thn 1987,sedangkan persebaya lahir jauh sebelum kemerdekaan arema di galatama,persebaya di perserikatan.jadi ga pernah ketemu sebelum era ligina. Musuh bebuyutan bonek jaman perserikatan dulu adalah bobotoh (Bandung) dan (SneX) semarang...
kalo luar jawa ada makasar (MaczMan) dan medan (KamPak).
ga ada ceritanya dgn malang.. karna persema nomer 2 di jatim (arema ga ikut perserikatan mas)!!
Semua di mulai saat nurkiman pemain persebaya di ketapel suporter malang...sehingga waktu persema main di gresik lawan persegres di balas sampe ada satu suporter malang mati!.Hal itu berlanjut..balas membalas,,,lucunya yg sebelumnya bonek dgn persema (beda kan aremania dgn persema?..suporter persema ngalamania) aremania ikut2an.
tp di byk kesempatan aremania selalu ngeles opini diketapelnya nurkiman..dgn alasan thn 2000 saat bonek kirim surat terbuka ke semua preman malang...untuk berani ga dtg ke surabaya (sampe skrg pun sepertinya tantangan itu ga terjawab..malang ga pernah berani dtg ke surabaya)
inget mas...arema lahir thn 1987...ga ada sejarah panjang bermusuhan lawan bonek..yg ada permusuhan surabaya vs malang yg dibawa arema ke sepak bola
kita tau surabaya kota terbesar di jatim..byk penduduk jatim lebih bangga dgn persebaya drpd arema (jelas lah di galatama aja niac mitra lebih jago)
hal ini yg ga bisa di terima anak2 malang...menjadi nomer 2 di jatim..
diperparah dendam preman2 malang dan arek2 suroboyo saat ada konser rock..setiap ada konser rock thn 80-90an pasti saja rusuh ga di surabaya..ga di malang.
tambahan buat yg ga tau...nurkiman (pemain Persebaya) di ketapel sampe buta mata kirinya dan pensiun dr sepakbola padahal usianya baru 20an...ga sampe 25.Dan pada saat itu Persebaya menang 0-1 saat away ke Malang
(Versi Cak Sawunggaling Soerabaja)
MATUR SUWUN CAK !! :
Tahukah Anda Bagaimana Sejarah Perselisihan Bonek vs Arema ?
Semoga Artikel Bonek ini bermanfaat, sesuai dengan kriteria yang anda cari di Tahukah Anda Bagaimana Sejarah Perselisihan Bonek vs Arema ?
Tahukah Anda Bagaimana Sejarah Perselisihan Bonek vs Arema ?
Semoga Artikel Bonek ini bermanfaat, sesuai dengan kriteria yang anda cari di Tahukah Anda Bagaimana Sejarah Perselisihan Bonek vs Arema ?
http://bonek-suroboyo.blogspot.co.id/2012/03/tahukah-anda-bagaimana-sejarah.html
---KISAH NYATA ANDIK VERMANSYAH Dari Jualan Es Sampai Jadi "messi"-------
Mungil,
cepat, lincah, tajam, penuh determinasi dan pekerja keras. Selain
Oktovianus Maniani, ciri-ciri ini juga mencerminkan sosok gelandang
tim nasional U-23, Andik Vermansyah.
Aksinya yang brilian terlihat jelas saat membela timnas U-23 saat melawan Kamboja di laga perdana SEA Games XXVI tahun 2011, Senin lalu. Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 6-0 untuk Indonesia itu, kecepatan dan kelincahan Andik mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan hingga membuahkan satu gol dan memberikan satu umpan indah yang berujung pada gol terakhir untuk Indonesia.
Andik yang masuk menggantikan Ferdinand Sinaga pada menit ke-61 langsung menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang mengandalkan kecepatan. Di menit ke-80, pemain bernomor punggung 21 ini berlari dengan sangat cepat sambil membawa bola dan berhasil melewati satu gelandang bertahan Kamboja ke dalam kotak penalti Kamboja.
Insting tajamnya pun bermain. Melihat celah yang terhampar, tanpa pikir panjang Andik segera menembakkan bola dengan keras dari kaki kanannya. Kiper Kamboja pun tak kuasa menahan bola yang melaju deras ke arah gawangnya.
Empat menit kemudian, aksinya kembali berbahaya. Menerima bola dari Stevie Bonsapia, Andik berlari seperti kijang meninggalkan para pemain lawan dan mendekati gawang Kamboja. Namun, meski berada dalam posisi yang memungkinkan untuk mencetak gol, pemain yang membela Persebaya 1927 ini justru tidak bersikap egois. Dia memberikan umpan kepada Ramdhani Lestaluhu yang berada dalam posisi lebih menguntungkan. Gol keenam untuk Indonesia pun tercipta.
Andik menyadari betul kelebihannya itu. Kecepatan menjadi andalan utamanya dalam bermain sepak bola. Namun, itu pun tidak diperolehnya dengan mudah. Pemain dengan tinggi badan 162 cm ini harus berlatih keras untuk sampai pada tingkat kecepatan tertingginya.
Latihan berlari tak hanya dilakukannya di lapangan. Andik biasa melakoni latihan berlari dengan menaiki tangga, baik tangga jembatan atau tangga di mall. Pernah pula, dia beradu cepat dengan taksi.
"Pernah waktu itu aku lomba sampai lima kali, setelahnya aku langsung muntah-muntah hahaha..." kata pria berusia 19 tahun ini sambil tertawa.
Kecepatan, kelincahan dan kemampuan dribling yang diatas rata-rata membuat Andik mendapat julukan "Lionel Messi" dari Surabaya. Dia mengaku senang disamakan dengan Messi. Namun, dengan rendah hati, pemain yang justru mengidolakan Cristiano Ronaldo ini menekankan bahwa dirinya tak sehebat striker Argentina andalan Barcelona tersebut.
"Saat aku bermain, para Bonek selalu teriak ’Messi..Messi...Messi’. Saya senang dipanggil Messi, tapi kan beda jauh," ujarnya lugu.
Dari jualan es sampai SSB Gratis Andik kini berada di tim nasional. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan berlaga untuk nama bangsa di kancah internasional. Namun siapa sangka, langkah awalnya bermain bola tidak seindah saat ini. Dulu, untuk membeli sepatu sepak bola saja sulit.
Ayahnya, Saman, hanya seorang tukang bangunan, sementara ibunya, Jumiah, hanya seorang tukang jahit. Orang tuanya yang berpenghasilan pas-pasan tak memiliki dana lebih untuk membantu Andik mewujudkan mimpinya. Maka tak heran, pada awalnya Andik tidak diizinkan menekuni sepak bola.
Namun, dorongan yang kuat membuat Andik tak mudah patah semangat. Dia pun berjuang sendiri demi mewujudkan mimpi jadi pemain sepak bola profesional. Berbagai upaya ditempuhnya, mulai dari jualan kue dan es hingga bermain sepak bola antarkampung (tarkam) ke luar Surabaya dilakoninya, hanya untuk bisa membeli sepatu bola.
Langkahnya menunjukkan titik terang ketika pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat bakat besarnya. Rudi pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah sepak bola di Jember itu. Gratis.
"Waktu itu dia iseng nonton aku bermain dan dia bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku bilang kakak dan diizinkan," ungkapnya.
Ayah dan ibunya pun tak memiliki alasan untuk terus melarang. Mereka pun berbalik mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Junior dan berkarya di PON.
Selalu pikirkan masa depan Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orang tuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orang tuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.
Selain untuk masyarakat Indonesia, gol yang dicetaknya dalam pertandingan melawan Kamboja kemarin pun dipersembahkannya untuk ayah dan ibu tercinta. Menurutnya, orang tua selalu mendoakan yang terbaik baginya. Bahkan rela berpuasa demi kesuksesannya. Maka tak heran, Andik selalu berusaha menyenangkan mereka.
"Alhamdulilah... Selama merantau di Surabaya, aku sudah membelikan rumah atas nama orang tuaku karena itu sudah menjadi janji dari batinku. Alhamdulilah juga, aku sudah memberangkatkan ibu pergi umroh. Insya Allah kalau ada rezeki mau naikkan haji kedua orang tua," ungkap Andik yang kabarnya pernah dilirik oleh pemain Portugal, Rui Costa.
Andik selalu diingatkan untuk tidak lupa diri meski kariernya kini tengah menanjak. Dia sudah memikirkan masa depannya. Selain berharap bisa terus berkiprah di dunia sepak bola sampai akhir hayatnya, penyuka tempe penyet ini berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan berinvestasi dengan membangun rumah kos di Surabaya.
"Kalau ada rezeki mau bikin kos-kosan, buat masa depan. Aku selalu mikir masa depan karena aku melihat betapa sulitnya orang tua aku mencari uang," ujarnya singkat
https://id-id.facebook.com/notes/gudang-informasi-sepakbola/-kisah-nyata-andik-vermansyah-dari-jualan-es-sampai-jadi-messi-/300446036646990/
Aksinya yang brilian terlihat jelas saat membela timnas U-23 saat melawan Kamboja di laga perdana SEA Games XXVI tahun 2011, Senin lalu. Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 6-0 untuk Indonesia itu, kecepatan dan kelincahan Andik mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan hingga membuahkan satu gol dan memberikan satu umpan indah yang berujung pada gol terakhir untuk Indonesia.
Andik yang masuk menggantikan Ferdinand Sinaga pada menit ke-61 langsung menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang mengandalkan kecepatan. Di menit ke-80, pemain bernomor punggung 21 ini berlari dengan sangat cepat sambil membawa bola dan berhasil melewati satu gelandang bertahan Kamboja ke dalam kotak penalti Kamboja.
Insting tajamnya pun bermain. Melihat celah yang terhampar, tanpa pikir panjang Andik segera menembakkan bola dengan keras dari kaki kanannya. Kiper Kamboja pun tak kuasa menahan bola yang melaju deras ke arah gawangnya.
Empat menit kemudian, aksinya kembali berbahaya. Menerima bola dari Stevie Bonsapia, Andik berlari seperti kijang meninggalkan para pemain lawan dan mendekati gawang Kamboja. Namun, meski berada dalam posisi yang memungkinkan untuk mencetak gol, pemain yang membela Persebaya 1927 ini justru tidak bersikap egois. Dia memberikan umpan kepada Ramdhani Lestaluhu yang berada dalam posisi lebih menguntungkan. Gol keenam untuk Indonesia pun tercipta.
Andik menyadari betul kelebihannya itu. Kecepatan menjadi andalan utamanya dalam bermain sepak bola. Namun, itu pun tidak diperolehnya dengan mudah. Pemain dengan tinggi badan 162 cm ini harus berlatih keras untuk sampai pada tingkat kecepatan tertingginya.
Latihan berlari tak hanya dilakukannya di lapangan. Andik biasa melakoni latihan berlari dengan menaiki tangga, baik tangga jembatan atau tangga di mall. Pernah pula, dia beradu cepat dengan taksi.
"Pernah waktu itu aku lomba sampai lima kali, setelahnya aku langsung muntah-muntah hahaha..." kata pria berusia 19 tahun ini sambil tertawa.
Kecepatan, kelincahan dan kemampuan dribling yang diatas rata-rata membuat Andik mendapat julukan "Lionel Messi" dari Surabaya. Dia mengaku senang disamakan dengan Messi. Namun, dengan rendah hati, pemain yang justru mengidolakan Cristiano Ronaldo ini menekankan bahwa dirinya tak sehebat striker Argentina andalan Barcelona tersebut.
"Saat aku bermain, para Bonek selalu teriak ’Messi..Messi...Messi’. Saya senang dipanggil Messi, tapi kan beda jauh," ujarnya lugu.
Dari jualan es sampai SSB Gratis Andik kini berada di tim nasional. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan berlaga untuk nama bangsa di kancah internasional. Namun siapa sangka, langkah awalnya bermain bola tidak seindah saat ini. Dulu, untuk membeli sepatu sepak bola saja sulit.
Ayahnya, Saman, hanya seorang tukang bangunan, sementara ibunya, Jumiah, hanya seorang tukang jahit. Orang tuanya yang berpenghasilan pas-pasan tak memiliki dana lebih untuk membantu Andik mewujudkan mimpinya. Maka tak heran, pada awalnya Andik tidak diizinkan menekuni sepak bola.
Namun, dorongan yang kuat membuat Andik tak mudah patah semangat. Dia pun berjuang sendiri demi mewujudkan mimpi jadi pemain sepak bola profesional. Berbagai upaya ditempuhnya, mulai dari jualan kue dan es hingga bermain sepak bola antarkampung (tarkam) ke luar Surabaya dilakoninya, hanya untuk bisa membeli sepatu bola.
Langkahnya menunjukkan titik terang ketika pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat bakat besarnya. Rudi pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah sepak bola di Jember itu. Gratis.
"Waktu itu dia iseng nonton aku bermain dan dia bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku bilang kakak dan diizinkan," ungkapnya.
Ayah dan ibunya pun tak memiliki alasan untuk terus melarang. Mereka pun berbalik mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Junior dan berkarya di PON.
Selalu pikirkan masa depan Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orang tuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orang tuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.
Selain untuk masyarakat Indonesia, gol yang dicetaknya dalam pertandingan melawan Kamboja kemarin pun dipersembahkannya untuk ayah dan ibu tercinta. Menurutnya, orang tua selalu mendoakan yang terbaik baginya. Bahkan rela berpuasa demi kesuksesannya. Maka tak heran, Andik selalu berusaha menyenangkan mereka.
"Alhamdulilah... Selama merantau di Surabaya, aku sudah membelikan rumah atas nama orang tuaku karena itu sudah menjadi janji dari batinku. Alhamdulilah juga, aku sudah memberangkatkan ibu pergi umroh. Insya Allah kalau ada rezeki mau naikkan haji kedua orang tua," ungkap Andik yang kabarnya pernah dilirik oleh pemain Portugal, Rui Costa.
Andik selalu diingatkan untuk tidak lupa diri meski kariernya kini tengah menanjak. Dia sudah memikirkan masa depannya. Selain berharap bisa terus berkiprah di dunia sepak bola sampai akhir hayatnya, penyuka tempe penyet ini berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan berinvestasi dengan membangun rumah kos di Surabaya.
"Kalau ada rezeki mau bikin kos-kosan, buat masa depan. Aku selalu mikir masa depan karena aku melihat betapa sulitnya orang tua aku mencari uang," ujarnya singkat
https://id-id.facebook.com/notes/gudang-informasi-sepakbola/-kisah-nyata-andik-vermansyah-dari-jualan-es-sampai-jadi-messi-/300446036646990/
Langganan:
Postingan (Atom)